“Saya ingin Toraja lebih dikenal seperti Bali. Memang Toraja sudah dikenal tetapi kita masih dikenal dari budaya kematian, itu saja.”
Tak pernah menyangka bisa mengenal Endy Allorante, seorang fotografer keturunan asli Toraja. Rumahnya bahkan masih berada dalam satu komplek desa adat Kete Kesu, Toraja Utara. Itu menunjukkan bahwa si penghuni masuk dalam garis keturunan tokoh adat Toraja yang sangat disegani.
Memeluk erat budaya leluhur bukan berarti menutup diri dari dunia yang begitu luas. Endy pun memilih untuk tidak berdiam diri. Berbekal lensa kamera dan kemampuan persuasifnya untuk mengumpulkan para pencinta fotografi di Toraja, ia menghasilkan gambar-gambar yang berbicara tentang budaya Toraja.
Lain cerita ketika saya berjumpa dengan Layuk Sarungallo. Ia adalah seorang ketua adat Kete Kesu. Namun, bagi saya, pertemuan yang mungkin hanya sekali seumur hidup itu, seperti perjumpaan seorang keponakan dan paman yang sudah lama tidak bertemu. Keponakan itu sangat terkagum ketika mendengar si paman bercerita tentang perjuangannya mempertahankan prinsip hidup serta warisan dari generasi ke generasi. Filosofi hidupnya sebagai orang gunung begitu terpancang kuat, melebihi kekuatan beton-beton pencakar langit di kota besar.
Satu hal lagi yang tak terlupakan dari perjalanan ini adalah ketika menghirup kopi Toraja di sebuah kedai sederhana, yang tak terpampang di pinggir jalan besar. Jalan-jalan ke Toraja Utara, sempatkanlah mampir ke kedai kopi Kaana Toraya Coffee. Saya sudah sejak lama menjadi penggemar kopi, tapi rasanya baru kali ini menemukan kasih mula-mula pada secangkir kopi.
Perjalanan ekspedisi ke Toraja sungguh menyimpan kesan yang paling istimewa. Sampai jumpa lagi Toraja!
Temukan kisah mereka selengkapnya di tayangan berikut:
Credits
Producer/director
: Bayu Noercahyo
Reporter/scriptwriter
: Marselina Tumundo
Camera person
: Deddy Utama
Drone
: Leonard Lefkas
Production Assistant
: Weynand Simon
Editor
: Dwi Septiansyah
Photographer
: Usman
Iskandar